Kali ini saya akan menyalurkan pola pikir saya mengenai permasalahan
yang cukup besar di Indonesia. Tentu, narkoba sudah tidak asing lagi di
telinga. Maraknya pengguna narkoba di Indonesia justru di dominasi oleh
remaja dan anak2. Suatu hari dosen saya menceritakan pengalamannya saat
masih menjadi penguji praktek sholat di sebuah sekolah menengah. Saat
praktek berwudhu, beliau menemui seorang siswi yang seluruh lengannya
terdapat luka sayatan yang tak terhitung banyaknya. Ternyata siswi
tersebut merupakan pecandu narkoba akut. Dia mengaku telah mengkonsumsi
barang haram tersebut saat memasuki kelas 4 SD. Sontak saat mendengar
cerita dari dosen saya, saya terkejut. Lha bagaimana baru kelas 4 SD
sudah kenal barang haram itu? Lalu bagaimana orang tuanya? Kasus yang
dialami siswi tersebut membuat saya penasaran dan disini saya akan
menumpahkan segala pola pikir saya mengenai kasus ini.
Ternyata siswi tersebut 'terperangkap' dalam lingkungan yang memang narkoba itu sudah dianggap wajar. Tentu dia paham betul bahwa narkoba itu akan mengancam jiwanya kapanpun. Lalu kenapa masih dilakukan? Hal ini didapati karena banyak sekali pengguna narkoba di lingkungannya, alhasil jika siswi itu tidak melakukan maka akan berdampak pada psikisnya. Awalnya dia hanya mencoba agar tidak di bully oleh teman2nya yang berada dalam lingkungan tersebut. 65% anak usia 6 - 13 tahun menghabiskan waktu mereka dengan bermain di lingkungan mereka. Sebab itulah siswi tersebut sudah mulai terbiasa dengan barang haram tersebut. Lalu bagaimana orang tuanya? Pasti orang tuanya pun tidak ingin anaknya berada dalam lubang hitam seperti mereka. Namun jika sudah seperti ini siapa yang mau disalahkan?
Saya tidak akan mengaitkan peristiwa ini dengan urusan agama ataupun norma. Sudah pasti ini melanggar ketentuan2 agama dan norma, namun saya justru lebih cenderung menanggapi ini sebagai penyakit. Saya mengorek2 info tentang hubungan narkoba dengan sayatan2 di lengan siswi tersebut. Lha kok bisa? Ternyata bagi pengguna narkoba yang sudah 'over', zat narkoba yang mereka konsumsi sudah mengalir dalam aliran darahnya, sehingga jika tidak mengonsumsi narkoba maka tubuhnya akan gelisah dan merasakan panas yang hebat hingga pada akhirnya dia menyayat lengannya sendiri untuk meminum darahnya. Kemudian saya masih berfikir, lalu bagaimana narkoba itu dengan mudahnya menyebar di lingkungan semacam ini, bahkan di wilayah ini tidak termasuk wilayah metropolitan seperti jakarta? Ternyata hal ini kembali disebabkan oleh lingkungan. Lingkungan memang mempunyai peran sangat penting, pengguna narkoba justru sudah mempunyai tekad untuk tidak mau mengkonsuminya lagi. Karena mereka sudah ketergantungan narkoba seolah2 saat mereka memasuki lingkungan baru justru mereka akan di judge sehingga para pecandu tidak mempunyai teman untuk berkeluh kesah atas 'penyakit' yang dideritanya. Akhirnya mereka menebarkan 'virus' pada orang awam agar mereka dapat menjadi segerombolan orang yang mempunyai perasaan dan penderitaan yang mereka alami.
Kenapa tidak masuk panti rehab saja? Saya kebetulan membaca sebuah real story seorang pecandu narkoba. Mereka tidak mau masuk panti rehab karena mereka mempunyai pemikiran "lah percuma saja aku masuk panti rehab, toh akhirnya juga saya kembali pada lingkungan yang seperti itu" tentu hal ini membuat saya miris. Dia memilih menyembuhkan penyakitnya dengan lingkungan yang positif. Seorang pecandu disebabkan oleh lingkungan maka mereka pun juga hanya bisa disembuhkan oleh lingkungan.
Tentu kasus yang dialami oleh siswi tersebut mungkin hanya sebagian kecil dari sekian banyak orang yang terperangkap dalam lubang hitam narkoba. Saran saya menanggapi kasus ini, bisa diatasi oleh pemahaman dan sebuah pengertian akan 'penyakit' yang dideritanya. Bukan justru malah menjudge mereka dan mengecap mereka sebagai sampah yang tidak perlu didekati. Andaikan saja kalian berada dalam situasi seperti mereka, tentu kalian pun tidak mau dibuang. Sama seperti mereka, mereka pun juga ingin memiliki kehidupan seperti layaknya orang normal. Mereka takut menceritakan keluh kesahnya karena mereka sudah pasti dijudge karena telah melanggar aturan agama dan norma.
Maka dari itu coba kalian menanggapi keganjalan disekililing kalian dan memberi perhatian sebagai upaya pencegahan
:)
Sekian, terimakasih
Ternyata siswi tersebut 'terperangkap' dalam lingkungan yang memang narkoba itu sudah dianggap wajar. Tentu dia paham betul bahwa narkoba itu akan mengancam jiwanya kapanpun. Lalu kenapa masih dilakukan? Hal ini didapati karena banyak sekali pengguna narkoba di lingkungannya, alhasil jika siswi itu tidak melakukan maka akan berdampak pada psikisnya. Awalnya dia hanya mencoba agar tidak di bully oleh teman2nya yang berada dalam lingkungan tersebut. 65% anak usia 6 - 13 tahun menghabiskan waktu mereka dengan bermain di lingkungan mereka. Sebab itulah siswi tersebut sudah mulai terbiasa dengan barang haram tersebut. Lalu bagaimana orang tuanya? Pasti orang tuanya pun tidak ingin anaknya berada dalam lubang hitam seperti mereka. Namun jika sudah seperti ini siapa yang mau disalahkan?
Saya tidak akan mengaitkan peristiwa ini dengan urusan agama ataupun norma. Sudah pasti ini melanggar ketentuan2 agama dan norma, namun saya justru lebih cenderung menanggapi ini sebagai penyakit. Saya mengorek2 info tentang hubungan narkoba dengan sayatan2 di lengan siswi tersebut. Lha kok bisa? Ternyata bagi pengguna narkoba yang sudah 'over', zat narkoba yang mereka konsumsi sudah mengalir dalam aliran darahnya, sehingga jika tidak mengonsumsi narkoba maka tubuhnya akan gelisah dan merasakan panas yang hebat hingga pada akhirnya dia menyayat lengannya sendiri untuk meminum darahnya. Kemudian saya masih berfikir, lalu bagaimana narkoba itu dengan mudahnya menyebar di lingkungan semacam ini, bahkan di wilayah ini tidak termasuk wilayah metropolitan seperti jakarta? Ternyata hal ini kembali disebabkan oleh lingkungan. Lingkungan memang mempunyai peran sangat penting, pengguna narkoba justru sudah mempunyai tekad untuk tidak mau mengkonsuminya lagi. Karena mereka sudah ketergantungan narkoba seolah2 saat mereka memasuki lingkungan baru justru mereka akan di judge sehingga para pecandu tidak mempunyai teman untuk berkeluh kesah atas 'penyakit' yang dideritanya. Akhirnya mereka menebarkan 'virus' pada orang awam agar mereka dapat menjadi segerombolan orang yang mempunyai perasaan dan penderitaan yang mereka alami.
Kenapa tidak masuk panti rehab saja? Saya kebetulan membaca sebuah real story seorang pecandu narkoba. Mereka tidak mau masuk panti rehab karena mereka mempunyai pemikiran "lah percuma saja aku masuk panti rehab, toh akhirnya juga saya kembali pada lingkungan yang seperti itu" tentu hal ini membuat saya miris. Dia memilih menyembuhkan penyakitnya dengan lingkungan yang positif. Seorang pecandu disebabkan oleh lingkungan maka mereka pun juga hanya bisa disembuhkan oleh lingkungan.
Tentu kasus yang dialami oleh siswi tersebut mungkin hanya sebagian kecil dari sekian banyak orang yang terperangkap dalam lubang hitam narkoba. Saran saya menanggapi kasus ini, bisa diatasi oleh pemahaman dan sebuah pengertian akan 'penyakit' yang dideritanya. Bukan justru malah menjudge mereka dan mengecap mereka sebagai sampah yang tidak perlu didekati. Andaikan saja kalian berada dalam situasi seperti mereka, tentu kalian pun tidak mau dibuang. Sama seperti mereka, mereka pun juga ingin memiliki kehidupan seperti layaknya orang normal. Mereka takut menceritakan keluh kesahnya karena mereka sudah pasti dijudge karena telah melanggar aturan agama dan norma.
Maka dari itu coba kalian menanggapi keganjalan disekililing kalian dan memberi perhatian sebagai upaya pencegahan

Sekian, terimakasih
Komentar
Posting Komentar